Kontemplasi Di Awal Hari

Cerita ini melukiskan tentang sebuah bahu yang lemah, dimana bahu tersebut pernah memangku dan menikmati kehidupannya, juga menggambarkan tangan-tangan kosong yang bergetar yang pernah membimbing cintanya di arah keabadian, lalu mengajar cinta tersebut itu untuk berjalan dan mengenali keindahan matahari kala terbit dan terbenam, ketenangan air sungai yang mengalir, kesyahduan kupu kupu meyambut musim semi.

Juga menggambarkan tentang bibir-bibir yang bergetar yang pernah menyanyikan nina bobo untuk cinta itu. Namun kemudian lama membisu, zaman dan hidup berubah dan orang-orangnyapun berubah, cintanya ikut berubah. 

Bagi mereka setiap ikatan tidak ubahnya mereka pandang hanyalah sebagai anak tangga, mereka melangkahinya hanya untuk mencapai tujuan, dan bila tangga itu sudah tidak gunakan lagi, maka tangga itu dianggap seperti kursi, seperti meja, baju yang rusak dan koran-koran bekas dan dianggap barang yang tidak berguna. 
Barang yang tidak pantas untuk mereka kenakan, atau dipandang lagi. Barang yang harus dimasukkan ke gudang. 

Tapi hidup bukanlah anak tangga yang bisa mencapai keatas, hidup akan tumbuh dengan subur sebagai pohon dan cinta hidup bukanlah sekedar sebuah anak tangga yan pertama, tapi cinta adalah akar yang kekar dari sebuah pohon yang berdiri tegar meskipun pohon tumbuh dengan subur dan tinggi tegap, tapi jika saja dipotong akarnya, ia akan berangsur angsur layu dan pada akhirnya akan mati, dan hanya akan menjadi sebuah cerita yang kadang tidak mengandung hikmah sama sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, kritik, saran, caci maki juga boleh :)

INSTAGRAM FEED

@tofifoto